Jumat, 07 April 2017

LUPA DIRI HINGGA TIDAK TAHU DIRI

Dari kecil saya bukanlah orang yang beruntung seperti orang orang di sekitar saya.
Namun saya sangat bangga dapat menikmati cinta kasih yang luar biasa dari keluarga besar.
Belajar hidup sesuai kantong, berbeda dengan orang lain.
Hingga kini saya bisa membeli apa yang saya ingin, bergaya dengan uang sendiri.

Tahukah kamu ?
Suatu saat dimasa kecil saya, saya ingin cepat tumbuh dewasa.

Mengapa ?

Saya pikir saat kita menjadi dewasa maka kesempurnaan hidup dapat kita capai.
Menjadi orang yang baik, suci, tidak rewel, tidak nakal, seperti bagaimana nakalnya menjadi anak anak. Sama seperti orang dewasa ajarkan kepada anak anak agar berbuat baik, jangan nakal, ini dan itu salah. Seakan orang dewasa sudah tahu mana yang benar dan salah.

Sangat sempurna bukan ?

Tetapi,
Saat saya sudah tumbuh dewasa, saya seakan mengerti bahwa apa yang dulu saya sempat pikirkan salah. Salah besar.

Memasuki usia dewasa sama dengan memasuki dunia yang busuk yang dibingkai dengan keindahan semu. Dimana jenis penyakit yang ada sudah sangat mengerikan. Beralih dari batuk pilek dan demam menjadi penyakit IRI, DENGKI, dan SOMBONG.


( Tiying Petung )

Hidup di tanah yang budayanya masih kental walau kini buku bukan lagi jendela dunia.
Saat demokrasi dan kebebasan berpendapat sudah di undang undangkan, dimana keadilan sosial selalu digadang gadangkan.

Namun ,,,
Jiwa PENGECUT di tanah ini semakin merasuk di dalam darah.
Bermain dengan apa yang tidak bisa kita lihat.

Dalam peperangan yang selalu kita dengar ceritanya di epos MAHABARATA saja diajarkan bahwa tidak dibenarkan menyerang atau membunuh lawan yang tidak bersenjata.



lalu, bagaimana kenyataannya kini ?
apa yang terjadi di tanah ini ?

Semua seakan lupa akan diri, hingga tidak tahu akan dirinya.
PENGECUT yang bersembunyi dibalik ruang gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar